Pengetahuan mengenai sejarah biasanya akan sangat membosankan dan terkadang membuang waktu, namun tidak ada salahnya kita mengetahuinya walaupun itu sedikit, banyak sumber-sumber mengenai sejarah perkembangan sepatu olahraga ini. Terlepas dari benar tidaknya sejarah itu, kita akan mencoba membuat kesimpulan dan memaparkannya berdasarkan hasil sejarah yang tercatat paling banyak dimuat di media.
Secara umum mengenai sepatu, sejarah adanya sepatu dimulai hampir bersamaan dengan sejarah peradaban manusia, Luciana Boccard dalam bukunya Party Shoes (1993) menjelaskan bahwa manusia sudah memakai sepatu dari kulit sejak seribu tahun sebelum Masehi.
Khusus untuk sepatu sepak bola, benda ini sudah dikenal mulai dari zaman Raja Henry VIII pada tahun 1525. Sepatu yang dikenakan beliau terbuat dari kulit yang keras, tingginya di atas mata kaki, dan bobotnya lebih berat dari sepatu biasa (Mirip sepatu Lars panjang atau Boot). Sepatu ini dijahit tangan oleh Cornelius Johnson, dan jika kita ingin mengetahui berapa nilai sepatu itu, yaitu sekitar 4 Shilling atau Rp.1.671.400,- jika dinilai saat ini.
Sepatu bola awalnya dan yang menjadi ciri khasnya, memiliki Stud/Cleat/Pul/Sepul (Tujuannya untuk kestabilan dan agar pemain tidak mudah terpeleset di lapangan rumput) yang terbuat dari paku baja dan ditanam di bagian bawah/sol sepatu, hingga kemudian dibuat aturan agar cleat ini ujungnya tumpul demi keamanan.
Pemain bola pada awalnya diijinkan menggunakan sepatu jenis apapun di lapangan, hingga akhirnya pada tahun 1863 FA mengeluarkan peraturan: “Yang tidak menggunakan sepatu dengan paku menonjol, lempengan besi, atau getah karet pada sol sepatunya tidak diperbolehkan bermain”.
Produsen (Pabrikan sepatu) pertama sepatu sepak bola adalah Gola yang rilis pada tahun 1905, kemudian pada tahun 1910-an sepatu dengan nama Cup Final Specials rilis dan mendunia berkat 'gigi-gigi' kayu di bagian bawah agar pemain mudah mencengkeramkan kakinya ke tanah, ujung sepatu dibuat dengan pola anyaman agar pemain mudah menggerakkan jari kakinya selama mengontrol bola, bentuk gigi itu seperti tabung dengan tiga paku kecil berujung tajam, dan pemain harus memakukkan 'Kuku' itu ke sol dengan palu kecil.
Ukuran gerigi itu pun bervariasi, pemain akan memilih gigi lebih panjang untuk bermain di lapangan becek/lembek agar tidak mudah terpeleset. Pada masa itu, salah satu tugas wasit dan asistennya adalah mengecek sol sebelum pemain masuk ke lapangan, jika gigi sepatu terlalu tajam dan menonjol, pemain tak diperbolehkan masuk. Sepatu baru umumnya keras dan kaku sehingga sering membuat kaki pemakainya cedera, agar lebih lentur dan enak dipakai sepatu direndam dulu selama beberapa jam sebelum dikenakan, lalu dijemur sebentar agar kandungan air tidak memberatkan sepatu.
Tahun 1960-an, terobosan baru dalam pembuatan sepak bola mencakup sol sepatu yang dibuat dengan bahan karet, plastik, atau logam dengan pengait sekrup.
Tahun 1970-an, karena pada awalnya sepatu selalu berwarna hitam, kemudian muncul terobosan untuk mengeluarkan sepatu yang warnanya tidak biasa, yaitu putih. Di tahun 1979, diperkenalkan bahan kulit sepatu yang terbuat dari kulit kanguru.
Tahun 1990-an, populernya bahan kulit kanguru semakin berkembang dengan diperkenalkannya teknologi Sweet Spot, yaitu sepatu yang bisa membuat bola melengkung ketika ditendang melambung di udara (Tendangan pisang), kita mungkin lebih mengenalnya dari seorang pemain sepak bola asal Inggris David Beckham. Tahun 1994, sol sepatu terbuat dari bahan polimer yang membuatnya lebih fleksibel dan cleat sepatu tidak lagi berwujud paku-paku, namun dibentuk langsung dari sol berupa bilah seperti pisau.
Dan akhirnya pada tahun 2000-an, diperkenalkan teknologi baru dalam sepatu yang meningkatkan kemampuan kontrol bola, kecepatan lari, dan kekuatan serta akurasi tendangan. Juga berkembangnya teknologi kuku-kuku sepatu (stud/cleat/pul/sepul) yang lebih lengket di lapangan, dan hasilnya si pemakai akan lebih stabil dalam bermanuver.
Pergerakan bola ini berlaku universal, jadi tendangan pelintir, ‘spin’ atau ‘slice’ di sepakbola berlaku juga di pukulan pelintir di tenis meja, tenis lapangan, servis bola voli, dan sebagainya. Bahkan lemparan ‘spin’ di bola basket sedikit banyak membantu bola masuk ke keranjang apabila mengenai bibir ring basket.
Sumber : Wikipedia